Ketika Hati Harus Mengalah

Diru merasa bersalah karena telah menaruh rasa kepada Reta, hal itu hanya bisa membuat persahabatannya renggang dan berimbas pada Organisasi juga.
Di suatu kesempatan Diru menemui kedua sahabat tersebut dan mencoba menjelaskan. Sambil menatap mereka, Diru memulai bicara.
“Maafkan aku Ta, Sof, jika aku salah manaruh rasa pada Reta.
Sungguh aku tidak tau darimana datangnya perasaan ini, aku juga tidak bermaksud merusak hubungan pertemanan kalian.

Dengan mata berkaca-kaca, Reta menjawab,
“Ini bukan salahmu, memang kita tidak bisa menebak dan tidak tau bagaimana perasaan itu ada.
“Maafkan aku tidak bisa menerimamu Di. Aku lebih memilih persahabatanku dengan Sofi.
Seketika memeluk erat Reta, sambil berkata,
“Maafkan aku ini Ta, aku bukan sahabat yang baik untukmu, aku hanya penghalang bagi kalian.

Beberapa hari telah berlalu, pagi yang cerah dengan pancaran sang fajar seindah lekuk pipi dari kedua sejoli sudah kembali.
Sejak pertemuan tiga orang kemarin. Kini, mereka sudah kembali beraktifitas seperti biasa. Diru sudah menerima keputusan Reta, yaa meskipun berat.
Ia hanya bisa berdoa jika memang sudah kehendak-Nya maka sudah ada jalan yang diatur. Begitupun dengan Reta, ia juga sudah memutuskan untuk memilih sahabat.
Ia berprinsip,
“Memilih mengorbankan perasaan daripada pertemanan.
Begitupun dengan Sofi, ia juga sudah memaafkan Reta.
Mereka juga sudah aktif kembali di Organisasi. Reta tau sikapnya salah, yaitu menaruh perasaan pada seseorang yang notabene dia juga disukai oleh temannya.

Kali ini Reta harus mengalah dengan hati yang tidak sinkron lagi.
Ketika dihadapkan harus memilih orang yang disayangi atau kehilangan sahabat.
Retapun sudah memiliki keputusan yang sangat berlawanan dengan hatinya.
Namun, disisi lain Reta juga bersyukur karena memiliki sahabat yang sangat mendukungnya.

Artikel Terkait:   Semua Akan Indah Pada Waktunya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *